Pelatihan Fitur eAkademik KBK untuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Sukses Digelar
Pelatihan Fitur eAkademik KBK untuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Sukses Digelar

Pada tanggal 19 Agustus, telah diselenggarakan pelatihan fitur eAkademik, yang secara khusus membahas sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau modular, bagi perwakilan Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES). Acara ini dihadiri oleh Kabag FK dan timnya, serta perwakilan FIKES. Tim SKI, yang diwakili oleh Lintang Suci Rohmana dan Astifa sebagai Application Specialist, menjadi narasumber pelatihan ini. Pelatihan ini mencakup delapan proses utama: pengaturan kurikulum, pengaturan mata kuliah kurikulum, pembuatan kelas, proses KRS, pembagian kelompok/subkelas, proses perkuliahan (input nilai dan presensi), input penilaian, dan rekap nilai atau pembuatan kriteria. Fungsionalitas khusus KBK mencakup kurikulum dan mata kuliah yang lebih terperinci, KRS paket, pembagian kelas/kelompok, rencana tatap muka/jadwal yang kompleks, pencatatan presensi, serta nilai dan komponen nilai yang komprehensif.

Dalam sesi ini, dijelaskan perbedaan mendasar antara kurikulum KBK dan non-KBK. Kurikulum KBK dapat menggunakan sistem murni atau hibrida (misalnya, mata kuliah kedokteran menggunakan KBK, sementara mata kuliah umum menggunakan kurikulum biasa), serta melibatkan berbagai metode pembelajaran seperti kuliah kelas besar, tutorial, pleno, praktikum, dan skillab. Pembagian kelompok per metode pembelajaran adalah ciri khas KBK, dengan jadwal yang spesifik tanggal atau hibrida, berbeda dengan non-KBK yang bersifat mingguan. Penilaian KBK juga lebih komprehensif dengan komponen nilai yang lebih detail, dan presensi wajib terdata sebagai bagian dari penilaian. Di UIN Jakarta, konsep yang digunakan adalah "modul," yang mirip dengan "blok" dengan periode perkuliahan 3 hingga 6 pekan, di mana satu mata kuliah/modul dapat memiliki beberapa metode pembelajaran dan subkelompok.

Beberapa isu penting dan diskusi muncul selama pelatihan. Salah satunya adalah kebutuhan untuk formulir presensi manual yang dapat mencakup beberapa pertemuan/materi dalam satu lembar, untuk efisiensi kertas, mengingat satu modul dapat melibatkan banyak pertemuan dan 30-40 dosen DTT (Dosen Tidak Tetap) dari rumah sakit yang tidak memiliki akses portal dosen. Isu lain adalah integrasi dengan PDDikti, di mana sistem PDDikti belum sepenuhnya mengakomodasi perkuliahan modul secara langsung, dan terdapat kendala dalam melaporkan multiple metode pembelajaran (substansi kuliah) oleh satu dosen dalam satu kelas. Kebutuhan program profesi dokter yang menggunakan sistem rotasi modul juga dibahas, di mana mahasiswa harus berotasi melalui 19 modul tanpa paket per semester, memerlukan fleksibilitas dalam penawaran mata kuliah dan pengaturan kelompok oleh operator.

Tampilan KRS mahasiswa akan menampilkan nama mata kuliah, bukan modul atau metode pembelajaran, dengan proses pembelajarannya diatur di balik layar melalui pembagian subkelas. Tim SKI berkomitmen untuk mencatat semua masukan, berkoordinasi dengan Pustipanda, serta akan mengirimkan panduan alur KBK dan file presentasi. Diskusi tentang semester antara dan kelanjutan pelatihan MBKM juga akan diagendakan.